Our Love Story
Episode 1:
Dari Ruang Diskusi
Saat itu tengah Bulan Ramadhan. Bedah buku "Bumi Yang Tak Dapat Dihuni" karya David Wallace-Wells menjadi pintu awal pertemuan Ega dan Pipit. Diskusi hangat itu berlangsung menjelang berbuka puasa, di ruang komunal Sekolah Relawan. Pipit ingat jelas bagaimana duduk melingkarnya, gagasan dan guyon yang dilontarkan, suhu ruangan, hingga rasanya duduk di karpet hijau sintetis itu. Saat itu Ega sudah lulus kuliah dan sedang magang di Akademi Komunitas Nusantara (AKN). Pipit masih melanjutkan studinya dan juga sebagai mahasiswi AKN.
Episode 2:
Memori
di Tengah Kota
Pertemuan lanjutan di Perpustakaan Nasional. Membahas secara dalam sebuah "aturan" bekerja. Kenapa manusia harus ada batasan, bagaimana kebebasan itu dipandang, siapa yang membuat aturan. Cukup serius namun di kemas secara santai dengan pertanyaan yang mengalir di kepala. Ega mengambil beberapa buku yang menurutnya menarik, fokus dengan buku yang dipegangnya. Pipit hanya satu dan itu pun ia fokus dengan sekitar. Pakaian yang dikenakan lelaki tinggi itu kemeja fanel kotak-kotak, celana hitam dan ransel. Dan teman perjalanannya setelan coklat tua ditambah topi. Secara tidak sengaja mereka menciptakan sebuah memori. Merayakan setiap hal kecil mulai menjadi rutinitas.
